BAB 15
ASPEK KEPERILAKUAN PADA
AUDIT INTERNAL
disusun
oleh:
Annisa
Sekar P.S. (B 200 070 211)
Amiruddin
(B 200 080 116)
FAKULTAS EKONOMIJURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
A.
PENDAHULUAN
Audit
pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya
aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil
keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data
pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan
auditor.
Salah
satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan
catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun
oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi
organisasi.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi
antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para
auditor.
B.
MEMOTIVASI
PIHAK YANG DIAUDIT
Sebagaimana
diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit
internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi bagian
dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat
melayani auditor internal secara baik.
Kebutuhan menjadi bagian dari
organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan
organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut.
Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan
dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna
memperbaiki kondisi operasi organisasi. Menghormati
diri sendiri dan orang lain.
Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang
diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk
mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi
kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif.
C.
HUBUNGAN
DENGAN GAYA MANAJEMEN
Terdapat
empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut meliputi
gaya mengarahkan, gaya melatih, gaya mendukung, dan gaya mendelegasikan.
Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari
manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan
bantuan serta kerja sama secara sukarela.
Dari
empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang
terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama
dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak
manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk
mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi.
Pada
gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan
bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.
D.
PENGELOLAAN
KONFLIK
Dalam
hal perubahan, konflik sering kali terjadi pada proses audit. Konflik terjadi
dalam hal lingkup (manajemen), tujuan (auditor eksternal), tanggung jawab
(layanan manajemen), dan nilai.
Dalam
bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh sebab itu terdapat empat metode
khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi,
mediasi, kompromi, dan langsung.
E.
MASALAH-MASALAH
HUBUNGAN
Brink
dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan
orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
1.
Terdapat
variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu,
oleh sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan
karyawan pihak yang diaudit.
2.
Keberagaman
perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya
mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut secara
efektif.
3.
Keberagaman
persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan
cara yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
4.
Ukuran
kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Auditor diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika
menghadapi kelompok yang lebih luas.
5.
Pengaruh
dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir.
Setiap perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor
seharusnya memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan
interpersonal.
F.
KARAKTERISTIK
UMUM INDIVIDU
Sifat
yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang
diaudit, meliputi:
1.
Menjadi produktif, sibuk pada
pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2.
Mempunyai dorongan ke arah dedikasi
terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
3.
Mempunyai keinginan untuk melayani dan
memberikan bantuan kepada individu lain.
4.
Bebas untuk memilih guna mendapatkan
independensi dan kebebasan pilihan.
5.
Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6.
Memiliki bias pada diri sendiri,
tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan dikritik.
7.
Mencari kepuasan diri sendiri.
8.
Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan
atas usaha-usahanya.
9.
Bersikap seperti orang-orang yang patuh
dan dapat beradaptasi secara baik.
10. Menjadi
bagian dari tim yang sukses.
11. Memiliki
rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki
keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih
cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
G.
KESADARAN
PADA DIRI SENDIRI
Dalam
suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah untuk
menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri
sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen
utama tersebut adalah:
1.
Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan
kelemahan orang lain dalam hubungan secara mental, fisik, emosional, dan
karakteristik pribadi.
2.
Rasa memiliki terhadap produktivitas dan
kepuasan kelompok kerja.
3.
Kesadaran terhadap perintah dasar dalam
lingkungan relatif yang dimiliki seseorang, dimana orang tersebut harus menyesuaikan
diri dengan kelompok organisasi yang luas.
4.
Suatu keinginan untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan orang lain.
5.
Suatu perasaan memiliki atas
produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
6.
Suatu perasaan keterpaduan yang berasal
dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara
etis.
H.
KOMUNIKASI
SECARA EFEKTIF
Komunikasi
terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis. Bahasa
yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas akronim, dalam
struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana
yang logis.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:
1.
Jangan bicara atau menulis dalam bentuk
langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen.
2.
Jangan menggunakan istilah-istilah yang
berimplikasi pada kesalahn-kesalahan kerja dari pihak yang diaudit.
3.
Jangan menjadikan pihak yang diaudit
sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau tertulis.
4.
Pertimbangkan sifat ego pihak yang
diaudit ketika memberi saran.
5.
Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6.
Jangan berargunen mengenai moralitas.
7.
Mengaitkan dengan kondisi lingkungan
ketika mencari penyebab dari temuanya.
8.
Sepanjang proses penyusunan laporan
mengizinkan pihak yang diaudit untuk mengungkapkan pendapatnya.
9.
Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang
diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
10. Melakukan
pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11. Mempertimbangkan
kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
I.
PELAKSANAAN
AUDIT PARTISIPASI
Selain
masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami
budaya organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi
mempengaruhi sikap dan perilaku auditor.
Elemen-elemen
keperilakuan dalan audit partisipasi:
1.
Pada awal audit, tanyakan pada pihak
yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.
2.
Bangun suatu pendekatan kerja sama
dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai pemrograman dan pelaksanaan audit.
3.
Peroleh persetujuan dan rekomendasi
untuk tindakan koreksi.
4.
Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
5.
Memasukkan informasi nyata pada laporan
audit.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
---
►◄▬►◄---
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Irfan lubis.
(2010) Akuntansi Keperilakuan edisi 2, penerbit : Salemba Empat
1 komentar:
Baccarat: Definition, Examples - Urban Dictionary
Baccarat 바카라 사이트 is a series of three popular variants in which a single dealer 인카지노 is dealt the same number of cards as 제왕 카지노 the standard four-card game. For example,
Posting Komentar